BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konsep Dasar Produksi Bersih.
Produksi Bersih merupakan salah satu sistem pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan secara sukarela (Voluntary) sebab penerapannya bersifat tidak wajib. Konsep Produksi Bersih merupakan pemikiran baru untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan dengan lebih bersifat proaktif. Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dengan meminimumkan dampak terhadap lingkungan dan manusia dari keseluruhan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal, 1995) mendefini¬sikan Produksi Bersih sebagai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang preventif dan diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi, serta daur hidup produk dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungandaur hidup produknya.
Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi (preventive strategy), lebih baik daripada strategi pengolahan limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Kombinasi kedua strategi tersebut sesuai dengan skala prioritas pelaksanaan Produksi Bersih adalah sebagai berikut:
1. Eliminasi.
Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge).
2. Mengurangi sumber limbah.
Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah tidak terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa perubahan penting dalam proses produksi, tetapi dapat meningkatkan efisiensi ekonomi yang besar dan menekan pencemaran lingkungan.
3. Daur Ulang.
Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka harus dicari strategi- strategi untuk meminimumkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilaku¬kan, seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (reuse). Jika limbah tidak dapat dicegah atau di¬minimumkan melalui penggunaan kembali atau daur ulang, strate¬gi-strategi yang mengurangi volume atau kadar racunnya melalui pengolahan limbah dapat dilakukan. Walaupun strategi ini kadang-kadang dapat mengurangi jumlah limbah, tetapi tidak sama efektifnya dengan mencegah limbah di tahap awal.
4. Pengolahan Limbah.
Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan belum mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas limbah. Artinya limbah memang sudah terjadi dan ada dalam sistem produksinya, namun kualitas dan kuantitas limbah yang ada dikendalikan agar tidak melebihi baku mutu yang disyaratkan.
5. Pembuangan Limbah.
Strategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metode-metode pembuangan alternatif. Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan program manajemen lingkungan, meskipun ini adalah teknik yang paling tidak efektif.
6. Remediasi.
Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar racun dan kuantitas limbah yang ada.
1.2 Peluang Dan Tantangan Penerapan Produksi Bersih.
Produksi Bersih merupakan salah satu sistem pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan secara sukarela (Voluntary) sebab penerapannya bersifat tidak wajib. Konsep Produksi Bersih merupakan pemikiran baru untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan dengan lebih bersifat proaktif. Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dengan meminimumkan dampak terhadap lingkungan dan manusia dari keseluruhan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal, 1995) mendefini¬sikan Produksi Bersih sebagai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang preventif dan diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi, serta daur hidup produk dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi dengan tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungandaur hidup produknya.
Proses Pembuatan Pulp Dari Bahan Baku Non Kayu (Organosolv process)
Strategi Produksi Bersih mempunyai arti yang sangat luas karena di dalamnya termasuk upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis proses yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup produk, dan teknologi bersih. Pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan adalah strategi yang perlu diprioritaskan dalam upaya mewujudkan industri dan jasa yang berwawasan lingkungan, namun bukanlah merupakan satu satunya strategi yang harus diterapkan.Strategi lain seperti program daur ulang, pengolahan dan pembuangan limbah tetap diperlukan, sehingga dapat saling melengkapi satu dengan lainnya.Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi (preventive strategy), lebih baik daripada strategi pengolahan limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Kombinasi kedua strategi tersebut sesuai dengan skala prioritas pelaksanaan Produksi Bersih adalah sebagai berikut:
1. Eliminasi.
Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge).
2. Mengurangi sumber limbah.
Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah tidak terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa perubahan penting dalam proses produksi, tetapi dapat meningkatkan efisiensi ekonomi yang besar dan menekan pencemaran lingkungan.
3. Daur Ulang.
Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka harus dicari strategi- strategi untuk meminimumkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilaku¬kan, seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (reuse). Jika limbah tidak dapat dicegah atau di¬minimumkan melalui penggunaan kembali atau daur ulang, strate¬gi-strategi yang mengurangi volume atau kadar racunnya melalui pengolahan limbah dapat dilakukan. Walaupun strategi ini kadang-kadang dapat mengurangi jumlah limbah, tetapi tidak sama efektifnya dengan mencegah limbah di tahap awal.
4. Pengolahan Limbah.
Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan belum mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas limbah. Artinya limbah memang sudah terjadi dan ada dalam sistem produksinya, namun kualitas dan kuantitas limbah yang ada dikendalikan agar tidak melebihi baku mutu yang disyaratkan.
5. Pembuangan Limbah.
Strategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metode-metode pembuangan alternatif. Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan program manajemen lingkungan, meskipun ini adalah teknik yang paling tidak efektif.
6. Remediasi.
Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar racun dan kuantitas limbah yang ada.
1.2 Peluang Dan Tantangan Penerapan Produksi Bersih.
Produksi Bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan dengan kegiatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Peluang penerapan Produksi Bersih adalah :
1.Memberi keuntungan ekonomi,sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan in-process recycling) yaitu pencegahan terbentuknya limbah secara dini dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.
2.Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.
3.Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui konservasi sumber daya, bahan baku dan energi.
4.Mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan akrab lingkungan
5.Mendukung prinsip ‘environmental equity’ dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
6.Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam.
7.Memelihara ekosistem lingkungan.
8.Memperkuat daya saing produk di pasar internasional.
9.Tantangan Penerapan Produksi Bersih, antara lain :
10.Tercapainya efisiensi produksi yang optimal
11.Diperolehnya penghargaan masyarakat terhadap sistem produksi yang akrab lingkungan
12.Mendapatkan insentif.
Pengembangan pelaksanaan dan penerapan Produksi Bersih intinya adalah merubah pola pikir tradisional ‘end-of-pipe’ dengan paradima baru dalam pengelolaan pencemaran lingkunan, yaitu penerapan Produksi Bersih, yang dapat meningkatkan efisiensi produksi sehingga akan memberikan peningkatan keuntungan baik secara finansial, teknik maupun regulasi. Meskipun demikian, hambatan ekonomi akan timbul bila kalangan usaha merasa tidak akan mendapat keuntungan dalam penerapan Produksi Bersih. Sekecil apapun penerapan Produksi Bersih, bila tidak menguntungkan bagi perusahaan maka akan sulit bagi manajemen untuk membuat keputusan tentang penerapan Produksi Bersih.
Hambatan pada aspek ekonomi dan teknis antara lain adalah:
1.Keperluan biaya tambahan peralatan.
2.Tingginya modal/investasi dibanding kontrol pencemaran secara konvensional sekaligus penerapan Produksi Bersih.
3.Penghematan proses Produksi Bersih yang belum nyata realisasinya.
4.Kurangnya informasi Produksi Bersih.
5.Sistem yang baru ada kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau malah menyebabkan gangguan.
6.Fasilitas produksi ada kemungkinan sudah penuh tidak ada tempat lagi untuk tambahan peralatan.
Kendala Sumber Daya Manusia dalam penerapan Produksi Bersih dapat berupa :
1.Kurangnya komitmen manajemen puncak.
2.Adanya keengganan untuk berubah baik secara individu maupun organisasi.
3.Lemahnya komunikasi internal.
4.Pelaksanaan organisasi yang kaku.
5.Birokrasi, terutama dalam pengumpulan data.
6.Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi.
7.Kurangnya pelatihan kepada sumberdaya manusia mengenai Produksi Bersih.
Manfaat penerapan Produksi Bersih, antara:
1.Lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya alam.
2.Mengurangi biaya-biaya yang berkenaan dengan lingkungan.
3.Mengurangi atau mencegah terbentuknya pencemar.
4.Mencegah berpindahnya pencemar dari satu media ke media lain.
5.Mengurangi risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
6.Memberikan peluang untuk mencapai sistem manajemen lingkungan pada ISO 14000.
7.Memberikan keunggulan daya saing di pasar domestik dan internasional.
Saat ini terdapat dua mekanisme yang mendorong terjadinya pendekatan baru dalam hal perdagangan global, yaitu pertama, adanya kekuatan konsumen yang makin meningkat dan makin besarnya rasa solidaritas lingkungan terhadap produk yang dibelinya agar tidak menimbulkan dampak lingkungan dalam pengadaannya, seperti ecolabel atau green label yang menandai bahwa produk tertentu diproduksi melalui Produksi Bersih. Kedua, sejak awal tahun tujuh puluhan sampai pertengahan delapan puluhan, industri menghadapi penegakan hukum yang konsisten disertai baku mutu yang makin ketat. Oleh karena itu, terjadi kejar- mengejar antara baku mutu dengan kemampuan industri menaati baku mutu. Dari sisi perdagangan pun, terjadi kecenderungan mengaitkan aspek lingkungan hidup, sehingga hal tersebut menjadikan suatu tantangan bagi kalangan industri dan jasa untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerjanya supaya tetap dapat mempertahankan diri dalam situasi persaingan global. Pengusaha juga perlu mempertimbangkan perspektif konsumen mengenai produknya, seperti citra positif yang diperoleh dengan mendapatkan sertifikasi ekolabel dan ISO 14000. Sebagian konsumen mempunyai pertimbangan yang luas dalam setiap melakukan tindakan berkonsumsi. Mereka tidak hanya memperhatikan mutu, penampilan, harga, garansi ataupun pelayanannya saja, melainkan juga akan mempertimbangkan beberapa masalah baru. Pertama, masalah ekologi, yang berkaitan dengan adalah ada tidaknya unsur pencemaran atau perusakan lingkungan mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, serta akibat yang ditimbulkan dari penggunaan barang tersebut. Kedua, masalah etika, setiap kali konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak membeli, mereka terlebih dahulu mempertimbangkan etika produsennya. Apakah produsen menjalankan usahanya dengan benar atau apakah produsen tidak memanfaatkan kelemahan peraturan yang ada di suatu negara. Contoh dalam hal ini adalah penghargaan yang lebih dari konsumen terhadap suatu perusahaan yang telah menggunakan standar yang diakui secara internasional (misalnya ISO 9000, ISO 14000).Yang ketiga adalah masalah keadilan, yaitu apakah produksi tersebut mengeksploitasi sumberdaya alam dan ekonomi masyarakat lokal, atau apakah pengusaha mengupayakan pelestarian dengan penghitungan yang tepat antara eksploitasi yang mereka lakukan sejalan dengan upaya perbaikan. Contoh dalam masalah ini adalah kondisi masyarakat yang sekarang makin kritis dimana upaya pelestarian lingkungan hidup selalu ditanyakan dalam setiap bentuk produk dan jasa yang ada. Penerapan Produksi Bersih dapat mendukung ketiga aspek tersebut, terutama dalam kaitannya dengan sertifikasi ekolabel dan ISO 14000.Sikap Indonesia mengenai perlunya integrasi Produksi Bersih dengan strategi pemasaran produk dalam menanggapi isu lingkungan sudah jelas. Hal tersebut sudah menjadi komitmen pemerintah. Dalam konteks perdagangan dan industri di Indonesia, pemerintah juga telah memperkenalkan Produksi Bersih (cleaner production) sejak tahun 1993 melalui program-program yang dikembangkan oleh BAPEDAL untuk menarik minat masyarakat (Community Awareness ) dalam menerapkan Produksi Bersih.Tekad pemerintah untuk melaksanakan Produksi Bersih ini kemudian dicanangkan pada tahun 1995 sebagai komitmen nasional bagi kalangan industri dan pengusaha untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sebagai tindak lanjutnya pada tahun 1996 kemudian telah disusun suatu Rencana Pelaksanaan Kegiatan Produksi Bersih yang mencakup arahan pelaksanaan Produksi Bersih pada seluruh sektor kegiatan. Pola ini dilakukan melalui kegitan bantuan teknis, pengembangan sistem informasi, peningkatan kesadaran dan pelatihan serta pengembangan sistem insentif. Selanjutnya program-program Produksi Bersih dilaksanakan sejalan dengan program-program lain yang dapat mendorong penerapan Produksi Bersih seperti label lingkungan (environmental labelling) dan Sistem Manajemen Lingkungan (environmental management system) melalui kerjasama dengan instansi terkait misalnya Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pada hakekatnya, pemasaran ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Persoalannya, kebutuhan konsumen dalam era globalisasi ini tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan untuk hidup saja, tetapi juga kebutuhan untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup mereka. Itulah sebabnya kepedulian konsumen akan lingkungan yang semakin meningkat ini perlu diantisipasi oleh semua pihak. Dengan adanya integrasi Produksi Bersih dengan strategi pemasaran produk maka banyak manfaat yang dapat diperoleh bagi semua pihak (win-win situation). Misalnya, bagi usaha ekspor, upaya mengintegrasikan penerapan Produksi Bersih dengan strategi pemasaran akan membuat produk dan atau jasanya telah memenuhi persyaratan tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai produk/jasa yang akrab dengan lingkungan. Dengan demikian produknya dapat diterima oleh konsumen internasional.
1.4 Strategi Penerapan Produksi Bersih.
Komitmen Nasional Produksi Bersih merupakan upaya penggalangan penerapan Produksi Bersih secara sukarela oleh berbagai kalangan, baik itu pemerintah, kalangan industri dan jasa, bahkan para peneliti dan konsultan yang terlibat. Komitmen Nasional ini antara lain adalah dengan melaksanakan:
1.Produksi Bersih dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek baru, atau pada saat mengkaji proses dan/atau aktivitas yang sedang berlangsung.
2.Semua pihak turut bertanggung jawab dan terlibat dalam program dan rencana tindakan Produksi Bersih dan bekerjasama untuk mengharmonisasikan pendekatan-pendekatan Produksi Bersih.
3.Agar Produksi Bersih dapat dilaksanakan secara efektif, semua pendekatan melalui peraturan perundang-undangan, instrumen ekonomi maupun upaya sukarela harus dipertimbangkan.
4.Program Produksi Bersih menekankan pada upaya perbaikan yang berlanjut.
5.Produksi Bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.
BAB II
PENANGANAN BAHAN BAKU
2.1 Bahan Baku
Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium yang akan mengalami beberapa proses untuk menghasilkan pulp. Bahan baku tersebut dperoleh dari Hutan Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada (PT MHP).
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan mentahyang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan lain.
Sifat umum yang terdapat pada kayu adalah :
1.Semua batang pohon mempunyai pengatur vertical dan sifat simetris radial.
2.Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan sel nyaterdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsure karbohidrat) serta berupa lignin (non karbohidrat).
3.Semua kayu bersifat anisotripic, yaitu memperlihatkan sifat yang berlainan jika diujimenurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial, dan radial). Hal ini disebabkanstruktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel , bentuk memanjang sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumber vertical dan horizontal pada batang pohon.
4.Kayu merupakan suatu yang bersifat higroskopik , yaitu bertambah kelembabannyaakibat perubahan kelembaban dan suhu udara sekitarnya.5.Kayu dapat diserang oleh makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar terutamakayu dalam keadaan kering.
2.1.1 Sifat Kimia Kayu.
Komponen didalam kayu mempunyai arti penting, karena menentukan kegunaan dari jenis kayu tersebut, pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarumterdiri dari 3 unsur :
a. Karbohidrat terdiri dari sellulosa dan hemiselulosa .
b. Non karbohidrat yang berupa lignin.
c. Ekstraktif, yaitu yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan.
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu merata, dan kadar selulosa sertahemiselulosanya banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak terdapatdalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat diluar dinding sel kayu.
Unsur-unsur kimia dalam zat kayu adalah:
a. Karbohidrat 50 %
b. Hidrogen 6 %
c. Nitrogen 0,04 –0,1 %
d. Abu 0,2-0,5%
e. Sisanya O
2.1.2 Sifat Fisik Kayu
Beberapa sifat fisik yang terdapat pada kayu adalah sebagai berikut :
1. Berat Jenis.
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda, yaitu antara 0,2 – 1,8. Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi beberapa sifat kayu, makin berat kayu maka pada umumnya makinkuat pula kayu tersebut. Berat jenis kayu ditentukan oleh tebal dinding sel kayu, dankecilnya rongga sel kayu yang membentuk pori-pori.
2. Keawetan Alami Kayu.
Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsure unsure perusak kayu dari luar, seperti ; jamur, rayap, bubuk, cacing dan lainnya yang diukur dalam jangka tahunan.
3. Warna Kayu.
Ada beberapa macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-putihan, coklatmuda, coklat tua, kehitam-hitaman, dan kemerah-merahan. Warna pada kayu disebabkanoleh zat pengisi warna.
4. Higroskopik Higroskopik adalah suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskan air ataukelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara.
5. Berat Kayu.
Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu.
2.1.3. Proses Produksi.
Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium akan mengalami beberapa tahap proses dari tahap persiapan hingga akhir menjadi pulp.
2.2.Bahan baku kayu
a.Pengulitan
Barkstorage merupakan tempat penampungan limbah yang berupa kulit kayu yang sudah dikecilkan dengan menggunakan pallman chipper, debu kayu atau serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan bakar multi fuel boiler. Tiap proses pengulitan dan serpihan kayu memilki conveyor tersediri yang tujuannya untuk mengumpulkan dan membawa kulit dan serbuk kayu yang terpisah dari kayu yang sudah diolah.
b. Debarking Drum
Debarking Drum berfungsi untuk menguliti kulit kayu yang berkapasitas 250 m3/jam.Kulit ini harus dipisahkan karena akan mempersulit dalam proses pembuatan pulp dan akan menyebabkan bintik hitam pada pulp yang dihasilkan. Gelondongan kayu tersebut masuk ke debarking drum yang berputar, proses pengulitan terjadi karena singgungan dan benturan antar gelondongan kayu dengan debarking drum.Sementara proses penguulitan itu berlangsung sekitar ± 9 menit, air terus dialirkan yang berguna untuk memudahkan pengelupasan kukit kayu dan menghilangkan debu yang saling berbenturan. Debarking drum ini dilengkapi dengan slot- slot pada dindingdindingnya unutuk tempat keluarnya kulit kayu yang terkelupas. Kulit kayu yang sudah terkelupas dikirim ke bark shredder melaui scrapper conveyor, sedangkan gelondongan kayu yang sudah dikuliti akan dikirim ke proses washing melalui chipper feed conveyor.
c.Penyerpihan
Proses ini dimulai dengan pengankutan serpihan kayu dari chip file
dengan menggunakan screw conveyor, dan selanjutnya dengan shuttle conveyor yang akan memasukkan chips ke degister – degister yang kosong dengan waktu pengisian ± 25-30 menit untuk masing- masing degister. Udara yang ada dalm degister dihilangkan melalui sirkulasi dengan menggunakan blower.
Shutle conveyor berjalan dari satu degister ke degister yang kosong untuk pengisian chip. Chip yang masuk dikontrol dengan alat yang disebut weightometer aagar pengisisan tidak melewati batas yang ditentukan adalah 75 ton. Selama proses pengisisan chip, dialirkan16 uap (steam) dengan tekanan rendah kedalam degister melalui chip pakker yang terdapat pada bagian atas bejana untuk menimbulkan gerakan twbulen yang berfungsi menyamaratakan chip dalam degister sehingga tercapai kapasitas yang diinginkan. Proses ini membutuhkan waktu selama 25 menit.
d. penyimpanan kayu(wood storage)
1.Memberi keuntungan ekonomi,sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan in-process recycling) yaitu pencegahan terbentuknya limbah secara dini dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.
2.Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.
3.Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui konservasi sumber daya, bahan baku dan energi.
4.Mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan akrab lingkungan
5.Mendukung prinsip ‘environmental equity’ dalam rangka pembangunan berkelanjutan.
6.Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam.
7.Memelihara ekosistem lingkungan.
8.Memperkuat daya saing produk di pasar internasional.
9.Tantangan Penerapan Produksi Bersih, antara lain :
10.Tercapainya efisiensi produksi yang optimal
11.Diperolehnya penghargaan masyarakat terhadap sistem produksi yang akrab lingkungan
12.Mendapatkan insentif.
Pengembangan pelaksanaan dan penerapan Produksi Bersih intinya adalah merubah pola pikir tradisional ‘end-of-pipe’ dengan paradima baru dalam pengelolaan pencemaran lingkunan, yaitu penerapan Produksi Bersih, yang dapat meningkatkan efisiensi produksi sehingga akan memberikan peningkatan keuntungan baik secara finansial, teknik maupun regulasi. Meskipun demikian, hambatan ekonomi akan timbul bila kalangan usaha merasa tidak akan mendapat keuntungan dalam penerapan Produksi Bersih. Sekecil apapun penerapan Produksi Bersih, bila tidak menguntungkan bagi perusahaan maka akan sulit bagi manajemen untuk membuat keputusan tentang penerapan Produksi Bersih.
Hambatan pada aspek ekonomi dan teknis antara lain adalah:
1.Keperluan biaya tambahan peralatan.
2.Tingginya modal/investasi dibanding kontrol pencemaran secara konvensional sekaligus penerapan Produksi Bersih.
3.Penghematan proses Produksi Bersih yang belum nyata realisasinya.
4.Kurangnya informasi Produksi Bersih.
5.Sistem yang baru ada kemungkinan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau malah menyebabkan gangguan.
6.Fasilitas produksi ada kemungkinan sudah penuh tidak ada tempat lagi untuk tambahan peralatan.
Kendala Sumber Daya Manusia dalam penerapan Produksi Bersih dapat berupa :
1.Kurangnya komitmen manajemen puncak.
2.Adanya keengganan untuk berubah baik secara individu maupun organisasi.
3.Lemahnya komunikasi internal.
4.Pelaksanaan organisasi yang kaku.
5.Birokrasi, terutama dalam pengumpulan data.
6.Kurangnya dokumentasi dan penyebaran informasi.
7.Kurangnya pelatihan kepada sumberdaya manusia mengenai Produksi Bersih.
Manfaat penerapan Produksi Bersih, antara:
1.Lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya alam.
2.Mengurangi biaya-biaya yang berkenaan dengan lingkungan.
3.Mengurangi atau mencegah terbentuknya pencemar.
4.Mencegah berpindahnya pencemar dari satu media ke media lain.
5.Mengurangi risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
6.Memberikan peluang untuk mencapai sistem manajemen lingkungan pada ISO 14000.
7.Memberikan keunggulan daya saing di pasar domestik dan internasional.
Saat ini terdapat dua mekanisme yang mendorong terjadinya pendekatan baru dalam hal perdagangan global, yaitu pertama, adanya kekuatan konsumen yang makin meningkat dan makin besarnya rasa solidaritas lingkungan terhadap produk yang dibelinya agar tidak menimbulkan dampak lingkungan dalam pengadaannya, seperti ecolabel atau green label yang menandai bahwa produk tertentu diproduksi melalui Produksi Bersih. Kedua, sejak awal tahun tujuh puluhan sampai pertengahan delapan puluhan, industri menghadapi penegakan hukum yang konsisten disertai baku mutu yang makin ketat. Oleh karena itu, terjadi kejar- mengejar antara baku mutu dengan kemampuan industri menaati baku mutu. Dari sisi perdagangan pun, terjadi kecenderungan mengaitkan aspek lingkungan hidup, sehingga hal tersebut menjadikan suatu tantangan bagi kalangan industri dan jasa untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerjanya supaya tetap dapat mempertahankan diri dalam situasi persaingan global. Pengusaha juga perlu mempertimbangkan perspektif konsumen mengenai produknya, seperti citra positif yang diperoleh dengan mendapatkan sertifikasi ekolabel dan ISO 14000. Sebagian konsumen mempunyai pertimbangan yang luas dalam setiap melakukan tindakan berkonsumsi. Mereka tidak hanya memperhatikan mutu, penampilan, harga, garansi ataupun pelayanannya saja, melainkan juga akan mempertimbangkan beberapa masalah baru. Pertama, masalah ekologi, yang berkaitan dengan adalah ada tidaknya unsur pencemaran atau perusakan lingkungan mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi, serta akibat yang ditimbulkan dari penggunaan barang tersebut. Kedua, masalah etika, setiap kali konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak membeli, mereka terlebih dahulu mempertimbangkan etika produsennya. Apakah produsen menjalankan usahanya dengan benar atau apakah produsen tidak memanfaatkan kelemahan peraturan yang ada di suatu negara. Contoh dalam hal ini adalah penghargaan yang lebih dari konsumen terhadap suatu perusahaan yang telah menggunakan standar yang diakui secara internasional (misalnya ISO 9000, ISO 14000).Yang ketiga adalah masalah keadilan, yaitu apakah produksi tersebut mengeksploitasi sumberdaya alam dan ekonomi masyarakat lokal, atau apakah pengusaha mengupayakan pelestarian dengan penghitungan yang tepat antara eksploitasi yang mereka lakukan sejalan dengan upaya perbaikan. Contoh dalam masalah ini adalah kondisi masyarakat yang sekarang makin kritis dimana upaya pelestarian lingkungan hidup selalu ditanyakan dalam setiap bentuk produk dan jasa yang ada. Penerapan Produksi Bersih dapat mendukung ketiga aspek tersebut, terutama dalam kaitannya dengan sertifikasi ekolabel dan ISO 14000.Sikap Indonesia mengenai perlunya integrasi Produksi Bersih dengan strategi pemasaran produk dalam menanggapi isu lingkungan sudah jelas. Hal tersebut sudah menjadi komitmen pemerintah. Dalam konteks perdagangan dan industri di Indonesia, pemerintah juga telah memperkenalkan Produksi Bersih (cleaner production) sejak tahun 1993 melalui program-program yang dikembangkan oleh BAPEDAL untuk menarik minat masyarakat (Community Awareness ) dalam menerapkan Produksi Bersih.Tekad pemerintah untuk melaksanakan Produksi Bersih ini kemudian dicanangkan pada tahun 1995 sebagai komitmen nasional bagi kalangan industri dan pengusaha untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sebagai tindak lanjutnya pada tahun 1996 kemudian telah disusun suatu Rencana Pelaksanaan Kegiatan Produksi Bersih yang mencakup arahan pelaksanaan Produksi Bersih pada seluruh sektor kegiatan. Pola ini dilakukan melalui kegitan bantuan teknis, pengembangan sistem informasi, peningkatan kesadaran dan pelatihan serta pengembangan sistem insentif. Selanjutnya program-program Produksi Bersih dilaksanakan sejalan dengan program-program lain yang dapat mendorong penerapan Produksi Bersih seperti label lingkungan (environmental labelling) dan Sistem Manajemen Lingkungan (environmental management system) melalui kerjasama dengan instansi terkait misalnya Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Pada hakekatnya, pemasaran ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Persoalannya, kebutuhan konsumen dalam era globalisasi ini tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan untuk hidup saja, tetapi juga kebutuhan untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup mereka. Itulah sebabnya kepedulian konsumen akan lingkungan yang semakin meningkat ini perlu diantisipasi oleh semua pihak. Dengan adanya integrasi Produksi Bersih dengan strategi pemasaran produk maka banyak manfaat yang dapat diperoleh bagi semua pihak (win-win situation). Misalnya, bagi usaha ekspor, upaya mengintegrasikan penerapan Produksi Bersih dengan strategi pemasaran akan membuat produk dan atau jasanya telah memenuhi persyaratan tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai produk/jasa yang akrab dengan lingkungan. Dengan demikian produknya dapat diterima oleh konsumen internasional.
1.4 Strategi Penerapan Produksi Bersih.
Komitmen Nasional Produksi Bersih merupakan upaya penggalangan penerapan Produksi Bersih secara sukarela oleh berbagai kalangan, baik itu pemerintah, kalangan industri dan jasa, bahkan para peneliti dan konsultan yang terlibat. Komitmen Nasional ini antara lain adalah dengan melaksanakan:
1.Produksi Bersih dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek baru, atau pada saat mengkaji proses dan/atau aktivitas yang sedang berlangsung.
2.Semua pihak turut bertanggung jawab dan terlibat dalam program dan rencana tindakan Produksi Bersih dan bekerjasama untuk mengharmonisasikan pendekatan-pendekatan Produksi Bersih.
3.Agar Produksi Bersih dapat dilaksanakan secara efektif, semua pendekatan melalui peraturan perundang-undangan, instrumen ekonomi maupun upaya sukarela harus dipertimbangkan.
4.Program Produksi Bersih menekankan pada upaya perbaikan yang berlanjut.
5.Produksi Bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.
BAB II
PENANGANAN BAHAN BAKU
2.1 Bahan Baku
Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium yang akan mengalami beberapa proses untuk menghasilkan pulp. Bahan baku tersebut dperoleh dari Hutan Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada (PT MHP).
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan merupakan bahan mentahyang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan lain.
Sifat umum yang terdapat pada kayu adalah :
1.Semua batang pohon mempunyai pengatur vertical dan sifat simetris radial.
2.Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan sel nyaterdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa (unsure karbohidrat) serta berupa lignin (non karbohidrat).
3.Semua kayu bersifat anisotripic, yaitu memperlihatkan sifat yang berlainan jika diujimenurut tiga arah utamanya (longitudinal, tangensial, dan radial). Hal ini disebabkanstruktur dan orientasi selulosa dalam dinding sel , bentuk memanjang sel kayu dan pengaturan sel terhadap sumber vertical dan horizontal pada batang pohon.
4.Kayu merupakan suatu yang bersifat higroskopik , yaitu bertambah kelembabannyaakibat perubahan kelembaban dan suhu udara sekitarnya.5.Kayu dapat diserang oleh makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar terutamakayu dalam keadaan kering.
2.1.1 Sifat Kimia Kayu.
Komponen didalam kayu mempunyai arti penting, karena menentukan kegunaan dari jenis kayu tersebut, pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarumterdiri dari 3 unsur :
a. Karbohidrat terdiri dari sellulosa dan hemiselulosa .
b. Non karbohidrat yang berupa lignin.
c. Ekstraktif, yaitu yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan.
Distribusi komponen kimia tersebut dalam dinding sel kayu merata, dan kadar selulosa sertahemiselulosanya banyak terdapat dalam dinding sekunder. Sedangkan lignin banyak terdapatdalam dinding primer dan lamella tengah. Zat ekstraktif terdapat diluar dinding sel kayu.
Unsur-unsur kimia dalam zat kayu adalah:
a. Karbohidrat 50 %
b. Hidrogen 6 %
c. Nitrogen 0,04 –0,1 %
d. Abu 0,2-0,5%
e. Sisanya O
2.1.2 Sifat Fisik Kayu
Beberapa sifat fisik yang terdapat pada kayu adalah sebagai berikut :
1. Berat Jenis.
Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda, yaitu antara 0,2 – 1,8. Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi beberapa sifat kayu, makin berat kayu maka pada umumnya makinkuat pula kayu tersebut. Berat jenis kayu ditentukan oleh tebal dinding sel kayu, dankecilnya rongga sel kayu yang membentuk pori-pori.
2. Keawetan Alami Kayu.
Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsure unsure perusak kayu dari luar, seperti ; jamur, rayap, bubuk, cacing dan lainnya yang diukur dalam jangka tahunan.
3. Warna Kayu.
Ada beberapa macam warna kayu, antara lain warna kuning, keputih-putihan, coklatmuda, coklat tua, kehitam-hitaman, dan kemerah-merahan. Warna pada kayu disebabkanoleh zat pengisi warna.
4. Higroskopik Higroskopik adalah suatu sifat yang dapat menyerap atau melepaskan air ataukelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara.
5. Berat Kayu.
Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu.
2.1.3. Proses Produksi.
Bahan baku berasal dari jenis kayu Accasia Mangium akan mengalami beberapa tahap proses dari tahap persiapan hingga akhir menjadi pulp.
2.2.Bahan baku kayu
a.Pengulitan
Barkstorage merupakan tempat penampungan limbah yang berupa kulit kayu yang sudah dikecilkan dengan menggunakan pallman chipper, debu kayu atau serbuk kayu yang digunakan sebagai bahan bakar multi fuel boiler. Tiap proses pengulitan dan serpihan kayu memilki conveyor tersediri yang tujuannya untuk mengumpulkan dan membawa kulit dan serbuk kayu yang terpisah dari kayu yang sudah diolah.
b. Debarking Drum
Debarking Drum berfungsi untuk menguliti kulit kayu yang berkapasitas 250 m3/jam.Kulit ini harus dipisahkan karena akan mempersulit dalam proses pembuatan pulp dan akan menyebabkan bintik hitam pada pulp yang dihasilkan. Gelondongan kayu tersebut masuk ke debarking drum yang berputar, proses pengulitan terjadi karena singgungan dan benturan antar gelondongan kayu dengan debarking drum.Sementara proses penguulitan itu berlangsung sekitar ± 9 menit, air terus dialirkan yang berguna untuk memudahkan pengelupasan kukit kayu dan menghilangkan debu yang saling berbenturan. Debarking drum ini dilengkapi dengan slot- slot pada dindingdindingnya unutuk tempat keluarnya kulit kayu yang terkelupas. Kulit kayu yang sudah terkelupas dikirim ke bark shredder melaui scrapper conveyor, sedangkan gelondongan kayu yang sudah dikuliti akan dikirim ke proses washing melalui chipper feed conveyor.
c.Penyerpihan
Proses ini dimulai dengan pengankutan serpihan kayu dari chip file
dengan menggunakan screw conveyor, dan selanjutnya dengan shuttle conveyor yang akan memasukkan chips ke degister – degister yang kosong dengan waktu pengisian ± 25-30 menit untuk masing- masing degister. Udara yang ada dalm degister dihilangkan melalui sirkulasi dengan menggunakan blower.
Shutle conveyor berjalan dari satu degister ke degister yang kosong untuk pengisian chip. Chip yang masuk dikontrol dengan alat yang disebut weightometer aagar pengisisan tidak melewati batas yang ditentukan adalah 75 ton. Selama proses pengisisan chip, dialirkan16 uap (steam) dengan tekanan rendah kedalam degister melalui chip pakker yang terdapat pada bagian atas bejana untuk menimbulkan gerakan twbulen yang berfungsi menyamaratakan chip dalam degister sehingga tercapai kapasitas yang diinginkan. Proses ini membutuhkan waktu selama 25 menit.
d. penyimpanan kayu(wood storage)
Wood storage merupakan tempat penyimpanan gelondongan kayu yang bertempat secara terbuka dan berlokasi di unit persiapan kayu. Luas area tempat penimbunan kayu ini adalah 240 m x 90 m dan dibagi atas 7 blok penyimpanan kayu yaitu bolk A – blok G,sehingga memudahkan penyusunan kayu yang datang karena pemakaian kayu berdasarkan sistem “ FIFO First In First Out” . gelondongan kayu yang berasal dari hutan tanam industry dibawa ke lokasi pabrik dengan menggunakan truk- truk milik nitra. Kayu yang sudah dibawa suadah dipotong terlebih dahulu di sektor dengan ukuran ± 2,5 m dan diameter kayu 140 cm. kayu- kayu tersebut dibongkar dengan mengunakan Conecrane(Goliath Cranc) dan disusun di blok- blok yang ada di log yard.
- Loading deck
Loading deck merupakan rantai yang terdiri dari 8 baris yang bergerak unutk menggerakkan kayu masuk ke Slasher deck, dimana kayu tersebut berasal dari penimbunan kayu yang diangkut dengan logam (material handling) dan diletakkan ke loading deck ini terdapat slot panjang pada sisi- sisinya yang berfungsi sebagai level sensor untuk menjaga agar loading deck tidak over load. Jika kayu- kayu yang masuk ke loading deck melebihi tinggi slot maka secara otomatis loading deck akan terhenti.
- Slasher Deck
Slasher deck dilengkapi dengan alat pemotong disebut circulation saw yang fungsinya memotong kayu- kayu panjang. Pada slasher deck terapat scrapper conveyor yang berfungsi untuk menampung debu- debu dari kayu yang bergerak yang selanjutnya akan dibawa bark shredder (tempat pertemuan conveyor – conveyor yang menyangkut debukayu,dan chip kayu yang terlalu kecil).
- Chain Inti Drum
Chain Inti Drum disini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya kayu yang bergerak dari slasher deck yang kemudian kayu akan bergerak ke infeed conveyor.
- Infeed conveyor
Infeed conveyor merupakan suatu alat yang membawa gelondongan kayu ke sistem pemisah.
- Washing station
Sementara drum orbit shaim yang bergerak terus dalam belt conveyot, kayu dicuci dengan cara menyemprotkan air dari atas sementara kayu berada drum orbit chain yang terus bergerak ke infeed chute (infeed belt).
- Infeed Chute (Infeed Belt)
Pada jalur Infeed Chute terdapat metal detector yang berfungsi untuk mengetahui/mendeteksi benda- benda yang terikut dengan kayu- kayu yang lewat yang dapat merusak chipper seperti metal/logam.
f. pemanfaatan limbah padat
Contoh dari limbah padat (sludge) berasal dari limbah cair yang telah melewati pengolahan dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk dan bahan campuran untuk pembakaran di boiler. Selain itu, limbah padat (sludge)juga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi kertas embosse atau tutup kor pada gulungan kertas.
Pada sistem pengolahan air limbah, selain diharapkan akan dihasilkan effluent yang sesuai dengan baku mutu yang ada maka akan selalu dihasilkan juga biasanya berbentuk cairan semi padat yang mengandung 93 – 99.5 % air, 0.2 – 1.2 % padatan dan zat-zat terlarut yang dikandung oleh air limbah atau dikulturkan oleh proses penanganan air limbah. Karakteristik lumpur mempengaruhi kelayakan dari alternatif-alternatif pemanfaatan dan pembauangannya. Karakteristik lumpur tersebut dipengaruhi oleh komposisi air limbah yang ditangani serta proses-proses penanganan air limbah. Hal ini akan terlihat jelas pada lumpur yang dihasilkan oleh sistem penanganan air limbah yang menerima buangan-buangan industri dalam jumlah yang besar.
Lumpur yang dihasilkan pada sistem pengolahan air limbah industri kertasada 2 macam, yaitu:
1) Primary sludge
Merupakan sludge hasil endapan air limbah yang dihasilkan dari primary clarifier. Proses pada primary clarifier ini merupakan proses pengolahan primer, dimana air buangan yang diolah belum melewati proses-proses yang lainnya yang dapat mengubah karakteristik air limbah sehingga lumpur yang dihasilkan merupakan SS yang dapat mengendap secara gravitasi dan merupakan lumpur anorganik, dengan kandungan utamanya adalah fiber,lateks, dan clay.
2) Secondary sludge
Merupakan lumpur yang dihasilkan sebagai endapan pada secondary clarifier.Air limbah yang diolah pada secondary clarifier merupakan air limbah yang telah diolah secara biologis yaitu pengaktifan mikroorganisme yang menggunakan zat anorganik yang terdapat pada air limbah untuk pertumbuhannya. Dengan demikian lumpur yang dihasilkan merupakan lumpur organik.
v Limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah lebih lanjut oleh Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).Instalasi pengolahan limbah cair kertas yang digunakan meliputi:
1. Bak Ekualisasi
Bak ekualisasi berfungsi untuk menghomogenkan limbah yang
berasal dari berbagai kawasan dan meningkatkan kadar oksigen. Bak ini
dilengkapi dengan mixer dan penyaring (filter).
2. Bak Pengendap I (Primary Clarifier)
Saat dialirkan ke bak pengendap I, limbah ditambahkan dengan koagulan dan flokulan. Jenis koagulan yang digunakan adalah alum atau
PAC (Poly Aluminium Chloride), sedangkan flokulan yang digunakan adalah jenis polimer. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Al2(SO4)3 + 6H2O→ 2Al(OH)3 + 3H2SO4
Senyawa Al(OH)3 akan memberikan efek flokulasi dengan cara menjembatani partikel-partikel serat sehingga terbentuk flok-flok besar.
Flok-flok inilah yang kemudian diendapkan pada bak pengendap I. Filtrat
yang dihasilkan dialirkan ke belt press atau didaur ulang untuk pemasakan
bubur di hydra pulper. Bak pengendap I ini juga dilengkapi dengan scrapper untuk menggiring kotoran yang mengapung di tepi agar menuju ke tengah dan dapat disedot oleh pompa yang berada di tengah bak pengendap. Air limbah yang tersisa kemudian dialirkan ke bak aerasi untuk diproses secara biologis.
3. Bak Aerasi
Pada bak aerasi terjadi pengolahan air limbah secara mikrobiologi
dengan menggunakan lumpur aktif yang mengandung bakteri jenis Sarcodina atau Rotutoria. Prinsip lumpur aktif adalah memanfaatkan bakteri-bakteri aerob untuk mengurai polutan dalam air, yang nutrisinya dipenuhi oleh nitrogen dan fosfor. Bakteri ini berasal dari kotoran kerbau dan akan memakan sisa-sisa serat.
f. pemanfaatan limbah padat
Contoh dari limbah padat (sludge) berasal dari limbah cair yang telah melewati pengolahan dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk dan bahan campuran untuk pembakaran di boiler. Selain itu, limbah padat (sludge)juga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi kertas embosse atau tutup kor pada gulungan kertas.
Pada sistem pengolahan air limbah, selain diharapkan akan dihasilkan effluent yang sesuai dengan baku mutu yang ada maka akan selalu dihasilkan juga biasanya berbentuk cairan semi padat yang mengandung 93 – 99.5 % air, 0.2 – 1.2 % padatan dan zat-zat terlarut yang dikandung oleh air limbah atau dikulturkan oleh proses penanganan air limbah. Karakteristik lumpur mempengaruhi kelayakan dari alternatif-alternatif pemanfaatan dan pembauangannya. Karakteristik lumpur tersebut dipengaruhi oleh komposisi air limbah yang ditangani serta proses-proses penanganan air limbah. Hal ini akan terlihat jelas pada lumpur yang dihasilkan oleh sistem penanganan air limbah yang menerima buangan-buangan industri dalam jumlah yang besar.
Lumpur yang dihasilkan pada sistem pengolahan air limbah industri kertasada 2 macam, yaitu:
1) Primary sludge
Merupakan sludge hasil endapan air limbah yang dihasilkan dari primary clarifier. Proses pada primary clarifier ini merupakan proses pengolahan primer, dimana air buangan yang diolah belum melewati proses-proses yang lainnya yang dapat mengubah karakteristik air limbah sehingga lumpur yang dihasilkan merupakan SS yang dapat mengendap secara gravitasi dan merupakan lumpur anorganik, dengan kandungan utamanya adalah fiber,lateks, dan clay.
2) Secondary sludge
Merupakan lumpur yang dihasilkan sebagai endapan pada secondary clarifier.Air limbah yang diolah pada secondary clarifier merupakan air limbah yang telah diolah secara biologis yaitu pengaktifan mikroorganisme yang menggunakan zat anorganik yang terdapat pada air limbah untuk pertumbuhannya. Dengan demikian lumpur yang dihasilkan merupakan lumpur organik.
v Limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi diolah lebih lanjut oleh Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).Instalasi pengolahan limbah cair kertas yang digunakan meliputi:
1. Bak Ekualisasi
Bak ekualisasi berfungsi untuk menghomogenkan limbah yang
berasal dari berbagai kawasan dan meningkatkan kadar oksigen. Bak ini
dilengkapi dengan mixer dan penyaring (filter).
2. Bak Pengendap I (Primary Clarifier)
Saat dialirkan ke bak pengendap I, limbah ditambahkan dengan koagulan dan flokulan. Jenis koagulan yang digunakan adalah alum atau
PAC (Poly Aluminium Chloride), sedangkan flokulan yang digunakan adalah jenis polimer. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Al2(SO4)3 + 6H2O→ 2Al(OH)3 + 3H2SO4
Senyawa Al(OH)3 akan memberikan efek flokulasi dengan cara menjembatani partikel-partikel serat sehingga terbentuk flok-flok besar.
Flok-flok inilah yang kemudian diendapkan pada bak pengendap I. Filtrat
yang dihasilkan dialirkan ke belt press atau didaur ulang untuk pemasakan
bubur di hydra pulper. Bak pengendap I ini juga dilengkapi dengan scrapper untuk menggiring kotoran yang mengapung di tepi agar menuju ke tengah dan dapat disedot oleh pompa yang berada di tengah bak pengendap. Air limbah yang tersisa kemudian dialirkan ke bak aerasi untuk diproses secara biologis.
3. Bak Aerasi
Pada bak aerasi terjadi pengolahan air limbah secara mikrobiologi
dengan menggunakan lumpur aktif yang mengandung bakteri jenis Sarcodina atau Rotutoria. Prinsip lumpur aktif adalah memanfaatkan bakteri-bakteri aerob untuk mengurai polutan dalam air, yang nutrisinya dipenuhi oleh nitrogen dan fosfor. Bakteri ini berasal dari kotoran kerbau dan akan memakan sisa-sisa serat.
DAFTAR PUSTAKA
Wardhani, S., Optimasi Disc Filter sebagai Upaya Minimisasi Limbah Pabrik Pulp dan Kertas, Tugas Akhir Teknik Lingkungan FTSP ITS, 2004
Bapedal. 1998. Rencana Pelaksanaan Produksi Bersih. Booklet Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Jakarta.
Bapedal. 1998. Rencana Pelaksanaan Produksi Bersih. Booklet Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Jakarta.
Chandak, S.P. DESIRE: Demonstration in Small Industries for Reducing Waste. United Nations Publication, United Nations Environment Programe: Industri and Environment, Vol. 7 No. 4, Oct. - Dec., 1994. 75739 Paris Cedex 15, France.
Chandak, S.P. dan P.K. Gupta, Cleaner Production as an Element of Industrial Environmental Management, Presented on Workshop Regulatory Options for Fostering Improved Environmental Mangement in the Pulp and Paper Industry, Organized by United Nations Environment Programme, Regional Office for Asia and the Pacific, 15 - 17 November 1995, Bangkok, Thailand.
Dillon, W.R. dan M. Goldstein. 1984. Multivariate Analysis: Methods and Application, New York: John Wiley & Sons.
No comments:
Post a Comment